PENGEMBANGAN
KELOMPOK USAHA KECIL
Oleh
Dr. Rindyah Hanafi, SE MM.
Pemberdayaan
masyarakat sudah lama dilaksanakan oleh
berbagai pihak oleh berbagai pihak
seperti Pemerintah, Perguruan Tinggi, Perusahaan-perusahaan, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan sebagainya. Mereka berlomba-lomba untuk melaksanakan pemberdayaan pada masyarakat dalam upaya menanggulangan
masalah-masalah pembangunan, seperti masalah pengangguran, kemiskinan dan
kesenjangan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak terlepas dari konteks
pembangunan masyarakat. Pembangunan yang selama ini dilakukan adalah untuk
mencapai kondisi masyarakat yang lebih
baik.
Demikian
halnya dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
merupakan salah satu program pemerintah dalam upaya mempercepat penanggulangan
kemiskinan, di mana salah satu kegiatan di dalamnya berupa pengembangan
keuangan mikro yang dikelola oleh UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dalam bidang
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP).
Pada
beberapa evaluasi yang pernah dilakukan oleh berbagai pihak menunjukkan bahwa pemberian simpan pinjam memberi pengaruh sangat besar untuk mendorong peningkatan aktifitas produktif masyrakat/perempuan
dan mampu menggerakan sektor ekonomi di perdesaan. Ini berarti bahwa unit
simpan pinjam merupakan salah satu unsur yang penting bagi masyarakat/perempuan untuk menggerakkan
roda perekonomian.
Pihak-pihak pemangku kepentingan dalam
melaksanakan pemberdayaansebaiknya tidak hanya sekedar mengelontorkan uang pada kelompok masyarakat btetapi juga
melaksanakan pengawasan yang intensif
terhadap pengelolaan/manajemen aktifitas proses produksi kelompok masyarakat
tersebut, sehingga aktifitas simpan pinjam tidak tersedat, macet,
atau bahkan anggota kelompok masyarakat tidak mampu lagi mengembalikan simpan pinjam karena terperosok
dalam pola “gali lobang tutup lobang “.
Pemberian
bantuan modal untuk simpan pinjam tanpa
melakukan pengarahan yang jelas,
akan berpengaruh negatif dan akan memunculkan
permasalahan baru. Dengan uang yang berlimpah tanpa pengembangan kegiatan
produktif keatif akan memunculkan perilaku
konsumtif. Terlebih pada pada era digital sekarang ini godaan untuk berlaku
konsumtif tidak dapat dibendung lagi. Berbagai
bujukan iklan di media telivisi bermunculan silih berganti serta biaya hidup yang
selalu meningkat dapat menimbulkan masalah bila
uang yang dipakai berbelanja
adalah dana dari simpan pinjam. Padahal dana simpan pinjam yang diberikan
kepada kelompok masyarakat tidak diperuntukan untuk perilaku konsumtif yang
berakibat terpurukya pada ekonomi
keluarga akan tetapi diperuntukkan untuk kegiatan produktif untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga.
Dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) terdapat bantuan dana khusus untuk kelompok simpan pinjam
perempuan. Dana tersebut seharusnya
dapat dimanfaatkan oleh kelompok untuk menambah modal dan meningkatan ekonomi
keluarga.
Jika
mayoritas penduduk suatu desa adalah petani maka dana simpan pinjam mungkin
tidak akan terserap secara maksimal dan tidak efektif karena mereka
kesulitan untuk mengangsur pinjaman setiap bulannya. Hal ini karena hasil panen
mereka bersifat musiman. Akibatnya sering timbul penunggakan dan penyelewengan dana
atau dana digunakan untuk bertindak konsumtif.
Untuk
itu perlu adanya upaya pemberian keterampilan kepada kelompok masyarakat/perempuan
agar tercipta lahan usaha rumah tangga sehingga dana yang telah disiapkan oleh
PNPM MPd dapat digunakan secara maksimal.
Salah satu pengembangan usaha untuk perempuan yang paling mudah adalah
berbasis pada kegemaran atau hobi. Lahan usaha yang dapat diciptakan dari hobi
antara lain memasak, menjahit, merajut, menganyam dan lain-lain. Selain
berbasis hoby dapat berbasis pada
lingkungan sekitarnya misalnya tumbuh-tumbuhan dan tanaman dari alam sekitar dan dapat juga dari hasil produksi dari
pertanian, misalnya salah satu bahan baku yang mudah di dapatkan dan
dikembangkan adalah ketela atau singkong. Ketela menjadi produk alternatif
sebagai bahan pangan strategis karena memiliki karbohidrat tinggi, produksinya
tinggi dan budidayanya mudah.
Oleh karena itu, ketela/singkong memiliki
prospek yang besar untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan yang memiliki
kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan perekonomian masyarakat. Pengembangan
ekonomi kelompok simpan pinjam perempuan melalui pengembangan usaha produksi dari bahan ketela dengan menciptakan keanekaragaman produksi
seperti membuat kue bronies, renginang, tape berbahan utama ketela ini akan dapat berjalan maksimal.
Seiring dalam upaya pengembangan usaha kecil
yang tidak kalah penting adalah kemampuan dalam manajemen/pengelolaan.
Kemampuan ini dapat dipelajari oleh setiap orang sebagai suatu ilmu dan seni. Setiap orang asal
bersedia dengan sungguh-sungguh pasti bisa. Demikian juga dengan jiwa berwirausaha semua dapat dipelajari. Kemampuan berwirausaha dapat dipelajari bukan
berasal dari bakat atau turun temurun.
Pada usaha kecil walaupun masih tarap
rintisan tetap harus dikelola secara profesional. Berbagai aspek
menajemen harus dilaksanakan,
Aspek-aspek manajemen seperti aspek manajemen sumberdaya manusia, aspek
manajemen operasional, aspek manajemen keuangan dan yang tidak kalah penting
aspek manajemen pemasaran tidak boleh ditinggalkan dan satu aspek dengan aspek
lainnya saling berkaitan.
Untuk
mengembangkan usaha kecil penting pula untuk memahami fungsi manajemen
yaitu melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian dalam rangka mencapai tujuan. Pencapaian tujuan dalam mengembangkan usaha
kecil dapat tercapai secara efektif
apabila dilaksanakan secara bersama sama dan terorganisir. Untuk itulah seluruh
anggota kelompok harus saling bahu-membahu bekerjasama agar tercapai tujuan
yang diinginkan.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@